MAKALAH AKHIR
BERFIKIR DAN MENULIS ILMIAH
Peran penyuluh pertanian dalam pemberdayaan petani guna meningkatkan pendapatan dan hasil produksi pertanian terprogram
Shofiyatul Azimi
I34090023
Dosen :
Martua Sihaloho
Asisten :
Dyah Ita Mardiyaningsih, SP, M.Si
Departemen Sains Komunikasi Dan Pengmbangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Agricultural extension could carry out the role and his task if meeting the certain condition. The extension must have technical knowledge that was adequate to solve the problem and help in solving the problem of the farmer in empowerment of the farmer’s community to increase the income and results of the production of agriculture. The counselling agency could also use various methods of changing thoughts with the farmer and that was related to the development of agriculture.
DAFTAR ISI
ABSTRACT. i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL. iii
PENDAHULUAN.. 1
Latar Belakang. 1
Perumusan Masalah. 1
Tujuan. 2
Manfaat 2
PEMBAHASAN.. 2
Peran penyuluh pertanian. 2
Perbedaan sosial petani dan non petani 4
Pemberdayaan masyarakat 4
Langkah yang harus ditempuh. 5
PENUTUP. 6
Kesimpulan. 6
Saran. 6
DAFTAR PUSTAKA.. 7
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Filosofi, Peranan dan Aktivitas Penyuluh Menurut 3
Variasi Wilayah Perkembangan Pertanian di Indonesia
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor penting yang sangat berguna dalam kemakmuran suatu bangsa, yakni sebagi penunjang kehidupan jutaan masyarakat di Indonesia. Sektor pertanian juga memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Selain itu, pertanian juga memerlukan strategi yang tepat bagaimana untuk menuntaskan masalah kemiskinan yang semakin banyak. Di masa lalu, pertanian Indonesia telah mencapai hasil baik dan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi dan termasuk dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan. Namun, saat ini pertanian merupakan ancaman besar bagi masyarakat karena kurangnya produksi petani yang kurang diberi apresiasi.Kenaikan jumlah penduduk dapat disebabkan karena jumlah angka kelahiran yang relatif tinggi dan jumlah angka kematian yang relatif rendah.
Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah prilaku petani dengan pendidikan non formal sehingga petani mempunyai kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran dalam perannya sebagai motivator, edukator, dinamisator, organisator, komunikator, maupun sebagai penasehat petani ( Jarmie 2000). Menurut Mounder dalam Suriatna (1988:1)[1] menjelaskan bahwa :
“… penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusahatani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan. Dengan demikian kegiatan pendidikan penyuluhan pertanian berfungsi dalam membantu masyarakat untuk memecahkan suatu persoalan mereka sendiri melalui teknologi dan pengetahuan ilmiah yang secara umum mampu meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan mereka…”
Perumusan Masalah
Sesuai dengan tema yang diajukan dalam pembuatan makalah ini yakni pemberdayaan masyarakat, maka rumusan masalahnya adalah :
- Bagaimanakah peran penyuluhan pertanian saat ini?
- Apakah ada perbedaan sosial masyarakat petani dan non petani terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat desa?
- Bagaimanakah agar masyarakat petani diberdayakan?
- Langkah apa yang harus ditempuh penyuluh untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan dan produksi pertanian?
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
- Mengetahui bagaiman peran penyuluhan pertanian saat ini.
- Mengetahui gambaran perbedaan sosial masyarakat petani dan non petani terhadap kesejahteraan masyarakat desa.
- Mengetahui masyarakat petani yang diberdayakan.
- Mengetahui langkah langkah apa saja yang harus ditempuh penyuluh dalam mengembangkan dan meningkatkan pendapatan dan produksi pertanian.
Manfaat
Manfaat dari penulisan ini untuk mengetahui banyak bagaimana penyuluh pertanian dalam memberdayakan suatu desa. Manfaat lain yaitu untuk memberikan sedikit gambaran kepada pembaca tentang upaya upaya penyuluh dalam memberdayakan masyarakat terprogram.
PEMBAHASAN
Peran penyuluh pertanian
Menurut Suriatna ( 1988 ) mengartikan penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode usaha tani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan[2]. Pada mulanya, peran penyuluh diutamakan pada kewajiban menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi yang disampaikan (Mardikanto 1992)[3].Namun, sesuai dengan perubahan kondisi, maka peran penyuluh pertanian mengalami pergeseran. (Mardikanto 1992 ) menguraikan peran penyuluhsebagai penyampai inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan petani, dan menggerakkan masyarakat untuk mau berubah.
Menurut Mosher dalam Mugniesyah ( 1996)[4] menyatakan peran penyuluhan pertanian yaitu sebagai pengisi kehampaan pedesaan, penyebar hasil hasil penelitian, pelatih pengambilan keputusan, rekan pemberi semangat, pendorong peningkatan produksi suatu komoditas, pelayan pemerintah. Selain itu juga menurut Jarmie ( 2000) menjelaskan peran penyuluh yang bervariasi dengan kadar penekanan yang berbeda, mulai dari motivator, edukator, penghubung, fasilitator, dinamisator, organisator, sampai dengan penasihat. Kadar penerapan peran peran tersebut tergantung dari ciri wilayah setempat (lihat tabel 1) yaitu wilayah mulai menerimah ide baru ( wilayah A ), wilayah sedang berkembang maju ( wilayah B ), dan wilayah maju ( wilayah C ).
Tabel 1 Filosofi, Peranan dan Aktivitas Penyuluh Menurut Variasi Wilayah Perkembangan Pertanian di Indonesia
Wilayah |
Filosofi Penyuluhan |
Peran
Penyuluh |
Aktivitas Utama yang di Lakukan |
Wilayah A
Wilayah mulai menerima ide baru |
Menolong petani untuk menolong dirinya sendiri |
Motivator
Edukator |
- Mendorong memperbaiki usaha
- Mendorong menggunakan kemudahan
- Membantu mengarahkan macam usaha
- Meningkatkan pengetahuan terhadap ide baru
- Melatih keterampilan ide baru
- Bersikap positif terhadap ide baru
- Menghubungakan fungsi dalam sistem
- Merakit hubungan bapak angkat menjadi mitra usaha yang dinamis
|
Wilayah B
Sedang berkembang maju
|
Penyuluh bersama petani
|
Dinamisator
Organisator |
- Mendorong usaha bersama dan terukur
- Mendorong pilihan usaha lebih untung
- Mendorong kebersamaan bersama
- Mendorong aktivitas sesuai peranan
|
Wilayah C
Wilayah Maju |
Penyuluh penasihat petani |
Komunikator
Penasihat |
- Membantu mempercepat arus informasi
- Membantu mempercepat proses keputusan
- Membantu mencari pilihan usaha
- Membantu memecahkan perbaikan usaha tani
|
Sumber : Jarmie 2000[5]
Perbedaan sosial petani dan non petani
Perbedaan sosial antara petani dan non petani di pedesaan sangat terlihat jelas. Non petani dapat dikatakan sebagai seseorang yang mempunyai kelebihan tanah dan bisa mempekerjakan orang lain serta memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Disisi lain non petani yakni orang yang mampu untuk melakukan aktivitas yang lebih baik dibandingkan petani. Kategori non petani seperti pemangku adat, pamong desa dan sebagian pengusaha pengusaha desa yang makmur di desanya. Sedangkan petani yakni orang yang tidak mempunyai lahan dan bekerja dengan pengusaha yang ada di desa mereka. Tidak adanya lahan membuat petani ini harus berusaha membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Ada kecenderungan petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahn mereka, memikirkan permasalahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada informasi yang keliru karena kurangnya pengalaman, pendidikan, atau faktor budaya lainnya. Terbatasnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk berusaha tani yang lebih baiksehingga kualitas, kuantitas produksi pertanian berkurang dan tidak berorientasi agribisnis. Hal ini ditandai dengan rendahnya produktifitas komoditas pertanian sehingga belum mencukupi ketersediaan dan keamanan pangan.[6]
Pemberdayaan masyarakat
Menurut Munandar ( 2008 ) [7]Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) menjadi isu utama dalam program dan orientasi pembangunan nasional dewasa ini. Mencuatnya model pembangunan yang berbasis komunitas
ini tidak hanya didasarkan pada pengalaman kegagalan strategi dan kebijakan pembangunan nasional pada masa lalu, tetapi juga pengalaman negara-negara maju yang kemudian mendorong terjadinya reorientasi dan perubahan paradigma pembangunan dari ekonomi sebagai sentral (capital centered development) kepada manusia sebagai pusat utama pembangunan (people centered development).
Pemberdayaan yaitu kondisi dimana masyarakat yang tidak berdaya dibuat berdaya. Dalam hal ini tingkat pendapatan dan produksi petani dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengatasi kesenjangan sosial antar petani berlahan dan tidak, maka diperlukan pemberdayaan masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.[8]
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. Disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain. Lembaga-lembaga adat yang sudah ada sebaiknya perlu dilibatkan karena lembaga inilah yang sudah mapan, tinggal meningkatkan kemampuannya saja (Rizal 2009).
Langkah yang harus ditempuh
Masih menurunnya tingkat kesejahteraan petani membuat penyuluh harus bekerja lebih keras bagaiman cara masyarakat agar bisa memenuhi kebutuhan dan pendapatan mereka. Langkah yang harus di tempuh menurut Hawkins dan Van Den Ban (1996) yaitu :
- 1. Perlu meningkatkan pendapatan petani melalui deversifikasi lebih lanjut.
.Diperkirakan sekitar 24 juta hektar lahan kering memiliki potensi yang belum dikembangkan. Rumah tangga miskin di desa ini memiliki tingkat ketergantungan lebih tinggi pada pertanian, karena sektor perekonomian yang bukan berasal dari pertanian tidak dapat berkembang. Diversifikasi di dalam hal ini menjadi penting, begitu pula berbagai kebijakan yang merangsang tumbuhnya usaha peternakan, tumpang sari sayuran, penanaman kembali hutan-hutan di daerah-daerah kecil dengan tumbuhan berkayu dengan nilai tinggi, serta difersifikasi kacang mete atau buah-buahan.Seluruh usaha tersebut dapat berperan serta untuk mencapai penghasilan yang lebih stabil, dan mengurangi tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Terdapat bermacam-macam kesempatan untuk menunjang pertumbuhan di daerah-daerah tersebut. Hal ini memerlukan kualitas produksi yang lebih baik. Hal ini tentunya memerlukan mekanisme regulasi pemerintah yang lebih baik (dalam kerjasama dengan pihak swasta), dan juga akses lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman bank. Departemen Pertanian dapat mendukung agribisnis dan sistim pemilikan pertanian skala kecil yang kompetitif dan efisien melalui pengembangan rangka kerja efektif yang legal, diatur oleh regulasi (misalnya untuk mengamankan hak properti, dan pelaksanaan kontrak) dan institusional, untuk mempromosikan komersialisasi dan integrasi vertikal.
- 2. Memperkuat kapasitas regulasi.
Departemen Pertanian mengatur dan mengawasi berbagai standar yang mempengaruhi produktifitas petani (misalnya mencegah agar pupuk palsu, bibit bermutu rendah, dan pestisida berbahaya tidak beredar di pasar; melaksanakan sistim karantina untuk mencegah penularan penyakit binatang ternak dan tanaman dari luar) dan melindungi konsumen produk pertanian (misalnya melalui inspeksi mutu daging).
- 3. Meningkatkan pengeluaran untuk penelitian pertanian.
Pertumbuhan produktifitas di daerah pedesaan adalah dasar utama bagi pengentasan kemiskinan di daerah tersebut. Hal ini membutuhkan sistim yang solid dalam proses produksi, adaptasi dan pemerataan teknologi yang dibutuhkan oleh produser berskala kecil. Penelitian pertanian yang kuat dan sistim penyuluhan sangat penting untuk menggerakan produktivitas ke jalur pertumbuhan yang lebih pesat.
- 4. Mendukung cara-cara baru dalam penyuluhan pertanian.
Seperti halnya sistim penyuluhan di negara-negara lainnya, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengembangan mekanisme institusional yang efektif dalam menyalurkan teknologi yang sesuai bagi produsen berskala kecil. Walaupun pengalaman dalam pelayanan bantuan pertanian masih sangat minim, bukti-bukti kuat yang mendukung manfaat desentralisasi penyuluhan terus bertambah, termasuk yang melibatkan pihak swasta maupun masyarakat umum. Serangkaian debat dan ekperimen pengelolaan yang positif telah diadakan. Termasuk didalamnya pergeseran ke metode partisipasi,penyaluran input dan teknologi sampai dengan pembagian pasar dan awal informasi serta teknologi.
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa masyarakat petani di pedesaan masih menggantungkan pendapatannya di bidang pertanian. Oleh karena itu diperlukan penyuluh pertanian dengan peran – peran dan tugas tugas yang jelas yang dapat membantu petani dalam membangun pertanian yang berkerakyatan. Selain itu juga peran penyuluh pertanian yang dapat memberikan inovasi baru agar dapat meningkatkan pendapatan dan produksi hasil pertanian petani di desa tertinggal. Peran penyuluh yang dapat memberdayakan masyarakat dengan memberikan informasi yang akurat dapat membantu para petani dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Saran
- Perlu adanya kerjasama yang baik antara penyuluh pertanian dan masyarakat sehingga penyuluhan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
- Perlu peningkatan kemampuan penyuluh sehingga dapat menerapkan perannya sesuai dengan konsep pembangunan penyuluhan berkerakyatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariadi S. 2009. Peran Penyuluh Pertanian [internet]. [dikutip 15 Desember 2010]. Dapat diunduh dari http://agribisnis.blogspot.com/2009/12/peranan-penyuluh-pertanian.html
Jarmie MJ. 2000. Peranan Ilmu Penyuluhan Menuju Pembangunan Pertanian yang Berwawasan Agribisnis dalam Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Disertasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor
Mardikanto T. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : Sebelas Maret University Press
Mugniesyah SS. 2006. Ilmu Penyuluhan. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Munandar A. 2008. Peran Negara dalam Penguatan Program Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan [Internet]. [dikutip 23 Desember 2010]; 4(1). Dapat diunduh dari http://pps.unas.ac.id:8080/web_pascapolitik/publikasi/P%20151-162%20Peran%20Negara.pdf
Sulaiman F. 2002. Communication Approach for Agricultural Technologi Transfer In Various Agro-Ecosystem Zones : A Case Study in South Sumatera Province. Indonesian Journal of Agricultural Science [Internet]. [dikutip 23 Desember 2010]:3(2): 43-51. Dapat diunduh dari http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/as032022.pdf
Suriatna S. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Medyatama Sarana Perkasa. 72 hal
Van Den Ban AW, Hawkins HS.1996. Penyuluhan Pertanian. Penerjemah AD. Yogyakarta : Kanisius. Judul Asli : Agricultural Extension. 364 hal
[1] Suriatna S, Metode Penyuluhan Pertanian, Medyatama sarana perkasa, Jakarta :1988, hal. 1
[3] Mardikanto T, Penyuluhan pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press : Surakarta,hal
[4] Ditulis oleh Siti Sugiah M. Mugniesyah materi kuliah ilmu penyuluhan : peran penyuluhan dalam pembangunan pertanian
[5] Jarmie MJ. 2000. Peranan Ilmu Penyuluhan Menuju Pembangunan Pertanian yang Berwawasan Agribisnis dalam Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Disertasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor
[7] Diambil dalam jurnal politik Aris Munandar volume 4/No. 1/ 2008